BPDPKS Gandeng Kementan Ajak Petani Sawit Jambi Wujudkan Perkebunan Berkelanjutan
3 min read
Jambi : Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Kementerian Pertanian mengajak petani pekebun sawit di Jambi untuk mengelola perkebunannya dengan profesional agar dapat berkelanjutan dan mensejahterakan.
Ajakan ini disampaikan dalam Pelatihan Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Angkatan I dan Pelatihan Penguatan Kelembagaan Angkatan I dan II diikuti petani pekebun sawit dari Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pelatihan diselenggarakan Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Ciawi di Kota Jambi 22 Mei – 1 Juni 2024.
Program pengembangan SDM PKS tahun 2024 BPDPKS digelar serentak di kota/kabupaten berbagai Provinsi di Indonesia oleh 15 Lembaga Penyelenggara Pelatihan yang ditunjuk oleh BPDPKS. BBPMKP Ciawi adalah Lembaga Penyelenggara Pelatihan Kementan yang ditunjuk BPDPKS sebagai penyelenggara pelatihan dalam rangka pengembangan SDM PKS tahun 2024.
Kegiatan pelatihan yang merupakan program pengembangan SDM pekebun kelapa sawit (PKS) BPDPKS tahun 2024 ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman agar seluruh jajaran Kementerian Pertanian memperkuat perkelapasawitan Indonesia. Mentan mengapresiasi kinerja dan kerja keras para pelaku usaha perkebunan termasuk pekebun yang telah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kelapa sawit Indonesia sehingga saat ini Indonesia menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan areal seluas 16,83 juta Hektar dengan produksi 45,1 juta ton CPO.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi menjelaskan salah satu faktor mengapa Indonesia menjadi produsen kelapa sawit nomor satu dunia, karena sawit merupakan tanaman tropis, yang sesuai kondisi negara kita. Untuk produksi energi dibandingkan negara lainnya di dunia, khususnya Negara AS, Eropa, China dan negara maju lainya, Indonesia sangat efisien.
Administrator Kepala Bidang Penyuluhan, Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Nikman H Gurning mengatakan yang menjadi kelemahan pekebun dalam mencapai peningkatan usaha berkelanjutan adalah belum menerapkan good agriculture practice (GAP), memperkerjakan tenaga panen yang tidak professional dan kurang menjaga lingkungan. Selain itu, untuk mewujudkan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dibutuhkan juga peningkatan keterampilan dan pelatihan bagi petani kecil.
“ Untuk membuat berkelanjutan harus mempekerjakan tenaga kerja yang professional, pemupukan berimbang, hati – hati dalam menanam jangan sampai merusak lingkungan, karena lingkungan yang terpelihara menjadi modal agar Perkebunan tetap produktif dan keberlangsungannya tetap terjaga, “ ujarnya saat menjadi narasumber dalam pelatihan, Jum’at (24/05).
Saat ini kata Nikman Perkebunan sawit sudah berhasil mensejahterakan petani, namun demikian kedepan khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibutuhkan peremajaan. Namun karena akses lahan sulit, untuk menambah lagi sebab untuk lahan lainnya tidak ada maka, diharapkan agar pemerintah pusat membebaskan lahan – lahan hutan produksi untuk diserahkan pada Masyarakat. Menurutnya laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat, tetapi lahan tetap dan cenderung berkurang sehingga hal ini mengancam keberlangsungan industri sawit
“ Dalam satu rotasi tanam dalam hitung – hitungan sudah berhasil karena dapat mensejahterakan mereka, namun kedepan seiring dengan pertambahan penduduk yang cepat kami berharap pusat pembebasan lahan – lahan hutan produksi untuk Masyarakat, sehingga industri sawit yang dikelola masyarakat berkelanjutan,“ ucapnya.
Menurut pandangan Nikman. saat ini banyak hutan yang secara status masih hutan produksi tapi sudah menjadi lahan perkebunan dan tempat tinggal masyarakat.
Ia menilai, untuk berusaha sawit agar dapat mensejahterakan petani hidup diatas garis kemiskinan lahan minimal yang harus dikelola petani sawit adalah tiga hektar. Tidak dianjurkan berusaha sawit dengan lahan hanya 1 hektar.(REGI/BBPMKP) anu ini berita baru